Rabu, 23 November 2011

Wajah Sistem Pendidikan di Indonesia

Wajah Sistem Pendidikan di Indonesia
Kita sebagai orang tua seringkali mengikutkan anak kita berbagai rnacarn les tambahan di luar sekolah seperti les matematika, les bahasa inggris, les fisika dan Iain-Iain, Saya yakin hal ini kita dilakukan untuk mendukung anak agar tidak tertinggal atau menjadi yang unggul di sekolah, Bahkan, terkadang ide awal mengikuti les tersebut tidak datang dari si anak, namun datang dari kita sebagai orang tua, Benar tidak?
Memang, saat ini kita menganggap tidak cukup jika anak kita hanya belajar di sekolah saja sehingga kita mengikutkan anak kita bermacam-macam les. Kita ingin anak kita pintar berhitung, kita ingin anak kita mahir berbahasa inggris kita juga ingin anak kita jago fisika dan lain sebagainya, Dengan begitu, anak memiliki kemampuan kognitif yang baik.
Ini tiada lain karena, pendidikan yang diterapkan di sekdah-sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognisi. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan, Apa itu? Yaitu memberikan pendidikan karakter pada anak didik. Saya mengatakan hal ini bukan berarti pendidikan kognitif tidak penting, bukan seperti itu!

Maksud saya, pendidikan karakter penting artinya sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan, seorang politikus rnalah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan, atau seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang tidak rnendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak adanya keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.
Ada sebuah kata bijak mengatakan, ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah lumpuh. Sama juga artinya bahwa pendidikan kognitif tanpa pendidikan karakter adalah buta. Hasilnya, karena  buta  tidak  bisa berjalan,  berjalan  pun   dengan   asal  nabrak,  Kalaupun  berjalan  dengan rnenggunakan tongkat tetap akan berjalan dengan larnbat, Sebaliknya, pengetahuan karakter tanpa pengetahuan kognitif rnaka akan lumpuh sehingga mudah disetir, dimanfaatkan dan dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting artinya untuk tidak mengabaikan pendidikan karakter anak didik. Lalu apa sih pendidikan karaker itu?
Jadi, Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang benama FW Foerster. Pertama, pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normative. Anak didik rnenghormati norma-norma yang ada dan berpedornan pada norrna tersebut. Kedua, adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terornbang-arnbing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru. Ketiga, adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sarnpai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya, Dengan begitu, anak didik mampu mengarnbil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar. Keempatian, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghorrnatan ataskomitmen yang dipilih,
Pendidikan karakter penting bagi pendidikan di Indonesia, Pendidikan karakter akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan karakter berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial seperti toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan menghormati dan sebagainya, Pendidikan karakter akan melahirkan pribadi unggul yang tidak hanya memiliki kemampuan kognitif saja namun memiliki karakter yang mampu mewujudkan kesuksesan.
Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak semata-mata ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis dan kognisinyan (hand skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan rnengelola diri dan orang lain (soft skill), Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Dan, kecakapan soft skill ini terbentuk melalui pelaksanaan pendidikan karater pada anak didik


Berpijak pada empat ciri dasar pendiikan karakter di atas, kita bisa menerapkannya dalam pola pendidikan  yang  diberikan  pada  anak  didik.  Misalanya,   rnernberikan  pemahaman  sampai mendiskusikan tentang hal yang baik dan buruk, mernberikan kesempatan dan peluang untuk rnengernbangkan dan rnengeksplorasi potensi dirinya serta memberikan apresiasi atas potensi yang dimilikinya, menghorrnati keputusan dan mensupport anak dalarn rmengambil keputusan terhadap dirinya, menanamkan pada anak didik akan arti keajekan dan bertanggungjawab dan berkomitmen atas pilihannya. Kalau menurut saya, sebenarnya yang terpenting bukan pilihannnya, namun kemampuan memilih kita dan pertanggungjawaban kita terhadap pilihan kita tersebut, yakni dengan cara berkomitmen pada pilihan tersebut.
Pendidikan karakter hendaknya dirumuskan dalam kurikulum diterapkan metode pendidikan, dan
dipraktekkan dalarn pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistern pendidikan karakter.

Sumber: http://www.pendidikankarakter.com/wajah-sistem-pendidikan-di-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar